|
Deretan Kereta di Stasiun Bogor |
Pagi itu jalanan tampak masih sepi. Berhubung sekarang adalah bulan Ramadhan, kebanyakan warga cenderung enggan untuk keluar rumah di pagi hari pada akhir pekan. Jalanan yang sepi di sekitaran Pasar Senen tidak berbanding lurus dengan moda transportasi kereta api.
Loh mengapa masih menyebut kereta api sementara keretanya sudah berjalan dengan menggunakan listrik? Merujuk pada
KBBI definisi kereta api adalah:
kereta api/ke·re·ta a·pi/ /keréta api/ n kereta yg terdiri atas rangkaian gerbong (kereta) yg ditarik oleh lokomotif, dijalankan dng tenaga uap (atau listrik), berjalan di atas rel (rentangan baja dsb).
|
Berdesakkan Sudah Biasa |
Berdasarkan definisi tersebut rasanya masih relevan untuk menyebutnya kereta api atau lebih spesifik lagi jika menggunakan listrik maka dapat disebut dengan kereta rel listrik (KRL). Dahulu kala dikenal KRL Jabodetabek atau yang sekarang lebih pan opuler dengan istilah KRL
Commuter Line. Sekitar tahun 2012 sampai 2013, saya masih menjadi mahasiswa dan pegawai magang, harga tiket
Commuter Line tergolong mahal untuk saya. Untuk mencapai Bogor dari Bintaro (Stasiun Pondok Ranji) dalam rangka bertemu dengan dosen pembimbing membutuhkan ongkos Rp9.000,00 sekali naik dan dipukul rata tanpa memperhatikan tujuan.
Oleh karena itu sebagai alternatif transportasi anti macet digunakanlah pilihan kereta lainnya yaitu kereta ekonomi lokal. Masih segar di ingatan ketika banyak
roker (rombongan kereta, istilah mereka yang menggunakan kereta sebagai transportasi utama untuk bekerja dan menuju suatu tempat) banyak yang naik di atap kereta. Razia sudah sering dilakukan untuk para
roker yang naik di atap kereta namun tampaknya tidak terlalu membuahkan hasil. Alternatif lainnya adalah dengan semprot tinta bagi
roker yang naik di atap kereta dan lagi-lagi tidak membuahkan hasil.
Berhubung usaha yang dilakukan tidak membuahkan hasil, muncul ide brilian pada era Dirut KAI ketika itu (sekarang tampaknya sudah menjadi Menhub) yaitu dengan mengganti semua kereta ekonomi lokal dengan KRL Jabodetabek alias Commuter Line. Agar menarik, harga tiket Commuter Line turut mempertimbangkan jumlah stasiun yang dilewati sampai akhirnya direvisi terakhir perhitungan jarak adalah berdasarkan jumlah Km. Perhitungan jumlah Km rasanya lebih fair yaitu untuk 25 Km pertama adalah Rp2.000,00 dan untuk 1 s.d 10 Km berikutnya adalah Rp1.000,00 serta berlaku kelipatan. Untuk single trip dikenakan biaya jaminan kartu yaitu sebesar Rp10.000,00 dan bisa ditukarkan kembali dengan uang apabila telah digunakan. Saran saya lebih baik menggunakan e-cash semacam Brizzi, Flash, e-Money, dan sejenisnya. Hal ini dikarenakan dengan menggunakan e-cash anda tidak perlu mengantri.
Judul di atas adalah
Jelajah Jakarta dengan Kereta. Mengapa Kereta? Selain dikarenakan Kereta Api murah dan cepat, total jarak yang dapat di-
cover oleh KRL Jabotabek hanya kalah dari
TransJakarta sehingga memudahkan jika hendak berkeliling Jakarta. Berdasarkan data dari
Kompasiana (belum saya verifikasi) jaringan moda KRL dapat meng-
cover sejauh 143 Km dan hanya kalah dari TransJakarta (248 Km).
No comments:
Post a Comment