|
Museum Bank Indonesia |
Ketika anda melihat gambar di samping, saya yakin, 63% dari penduduk Indonesia yang berdomisili di luar Jakarta dan belum pernah mengunjungi Jakarta akan menjawab gambar di samping bukan hasil jepretan di Indonesia. Foto gedung di samping merupakan foto Museum Bank Indonesia yang terletak di Kota Tua, Jakarta Barat. Museum yang terletak di Jalan Pintu Besar Utara No. 3, Jakarta Barat, ini memiliki bangunan dengan gaya bangunan ala Eropa. Merujuk pada
wikipedia, Museum Bank Indonesia merupakan area bekas Gedung Bank Indonesia yang merupakan cagar budaya peninggalan
De Javasche Bank yang dibangun pertama kali pada tahun 1828. Museum ini diresmikan melalui 2 tahap, yaitu tahap I pada tahun 2006 (
soft opening) oleh Gubernur Bank Indonesia saat itu Burhanudin Abdullah, dan tahap II pada tahun 2009 (
grand opening) oleh Presiden Indonesia, Susilo Bambang Yudhoyono. Masuk ke museum tidak dikenakan biaya karena telah ditanggung oleh negara. Di dalam museum tidak hanya terdapat uang kertas dan logam yang pernah berlaku di masanya melainkan terdapat juga peninggalan lain berupa daftar Gubernur Bank Indonesia yang pernah menjabat, ruang pengantar sejarang Bank Indonesia, info tentang Bank Indonesia, dan masih banyak lagi.
Okay, saya akan berbagi mengenai Museum Bank Indonesia pada kesempatan lain, pada kesempatan ini saya ingin berbagi mengenai Kota Tua. Selain Museum Bank Indonesia, di Kota Tua terdapat banyak tempat lain dengan nuansa klasik dan
tempo doeloe yang dapat dikunjungi sebagai sarana rekreasi dan belajar sejarah,
here we go.
|
Manusia Patung Jenderal Sudirman sedang Di-make up |
Kompleks Kota Tua terletak di beberapa jalan di sekitar Lapangan Fatahillah yaitu Jalan Pintu Besar dan Jalan Pos Kota. Menuju Kota Tua sangatlah mudah, dapat melalui TransJakarta yaitu dengan mengambil rute Blok M--Kota. Kota Tua tidak hanya menawarkan wisata kembali ke
tempo doeloe, tetapi juga menawarkan sarana hiburan dan rekreasi budaya. Salah satu budaya yang ditunjukkan adalah budaya tradisional Jawa yaitu
Jathilan atau terkenal dengan sebutan
Kuda Lumping. Sementara itu untuk sarana hiburan yang ditawarkan seperti
ventriloquist, pertunjukan Topeng Monyet, dan masih banyak lagi. Khusus untuk pertunjukan topeng monyet, saya sendiri tidak tahu masih ada atau tidak, mengingat pertunjukan topeng monyet saat ini sudah dilarang di Jakarta. Selain itu, salah satu sarana hiburan yang menjadi
trademark di Kota Tua adalah berfoto bersama manusia patung. Pengunjung dapat membayar seikhlasnya untuk dapat berfoto bersama manusia patung. Salah satu manusia patung yang ramai dikunjungi adalah manusia patung Jenderal Besar Sudirman yang melayang alias
levitate. Dengan berdandan warna cokelat keemasan, manusia patung Jenderal Besar Sudirman ingin menonjolkan kesan melayang dengan posisi duduk tanpa kursi.
|
Museum Fatahillah dan Lapangan Fatahillah |
Museum yang menjadi
trademark dari Kota Tua tidak lain adalah Museum Fatahillah atau Museum atau terkenal juga dengan sebutan Museum Sejarah Jakarta atau Museum Batavia. Terletak di Jalan Taman Fatahillah No. 2 Jakarta Barat. Gedung ini pada awalnya merupakan sebuah Balai Kota yang dibangun pada tahun 1707--1710 oleh Gubernur Jenderan Johan van Hoorn. Komponen bangunan ini pada awalnya terdiri dari kantor, ruang pengadilan, dan ruang-ruang bawah tanah yang digunakan sebagai penjara. Ketika anda memasuki bangunan ini anda diwajibkan membayar Rp2.000,00 untuk orang dewasa dan Rp1.500,00 untuk anak-anak. Peninggalan sejarah yang dapat anda saksikan di Museum Fatahillah antara lain peralatan yang digunakan ketika pertempuran melawan Belanda, artefak peninggalan zaman Kerajaan Majapahit, sampai peralatan rumah tangga yang digunakan oleh penguasa Belanda pada zamannya. Pada beberapa kesempatan tertentu, Museum Fatahillah bahkan digunakan sebagai tempat acara
reality show. Sebagian pasti menduga
reality show yang dimaksud berkonten pendidikan atau menambah ilmu pengetahuan. Jawaban anda salah,
reality show yang menggunakan Museum Fatahillah sebagian besar digunakan untuk acara horor dan misteri yaitu untuk uji nyali. Mungkin sebagian orang beranggapan bahwa orang-orang yang pernah meninggal di gedung ini (ruang bawah tanah gedung ini adalah bekas penjara pada zaman Belanda), akan menjadi setan yang bermukim di museum ini (istilahnya
penunggu). Tapi apapun itu menurut pendapat saya museum seharusnya digunakan sesuai dengan selayaknya, misalnya mengenang sejarah atau peristiwa di masa lalu, atau menambah informasi mengenai kejadian yang pernah terjadi, menurut saya.
|
Museum Wayang Jakarta |
Lanjut ke museum berikutnya adalah Museum Wayang. Museum Wayang merupakan museum yang terletak di kompleks Kota Tua. Museum Wayang Jakarta beralamatkan di Jalan Pintu Besar Utara no. 27, Jakarta Barat. Berbeda dengan Museum Bank Indonesia yang menggratiskan pengunjung, untuk Museum Wayang pengunjung diwajibkan membayar Rp5.000,00 untuk orang dewasa dan Rp2.000,00 untuk anak-anak. Koleksi wayang yang terdapat di museum ini berasal dari seluruh Indonesia. Selain itu di museum ini juga terdapat pementasan wayang pada minggu kedua dan ketiga setiap bulannya. Menurut
erawisata.com, Museum Wayang Jakarta merupakan sebuah gereja tua Jakarta yang didirikan oleh VOC pada tahun 1640 dan diberi nama
De Oude Hollandsche Kerk. Gereja tersebut berfungsi sebagai tempat peribadatan bagi penduduk sekitar gereja serta bagi tentara Belanda hingga tahun 1732. Kemudian pada tahun 1936, bangunan gereja ini dibeli oleh lembaga independen Belanda yang berfokus pada bidang seni dan ilmu pengetahuan. Dikarenakan terdapat pengalihan kekuasaan dari Belanda ke Jepang, bangunan ini menjadi tidak terawat. Sampai akhirnya pada tahun 1959, bangunan ini diserahkan ke Lembaga Kebudayaan Indonesia, dan sejak saat itu bangunan ini berganti nama menjadi Museum Wayang Jakarta. Mengenai konten di dalam Museum Wayang Jakarta akan saya sampaikan lebih lanjut.
|
Museum Seni Rupa dan Keramik |
Museum berikutnya yang terletak di kompleks Kota Tua adalah Museum Seni Rupa dan Keramik. Museum yang terletak di Jalan Pos Kota No. 2, Jakarta Barat, ini memajang berbagai keramik dari lokal maupun dari berbagai penjuru dunia. Menurut
wikipedia, museum ini menyajikan koleksi dan hasil karya seniman-seniman Indonesia sejak kurun 1800-an hingga saat sekarang. Hasil karya dimulai dari era Raden Saleh sampai era Seni Rupa Baru Indonesia. Sejarah museum ini sendiri dibangun pada tahun 1870 oleh Pemerintah Hindia-Belanda untuk kantor Dewan Kehakiman pada Benteng Batavia. Kemudian pada saat pendudukan Jepang dari Belanda, gedung ini beralih fungsi menjadi tempat tentara KNIL dan selanjutnya menjadi asrama TNI. Pada tahun 1972, gedung ini dijadikan sebagai cagar budaya dan selanjutnya pada 1973--1976, digunakan sebagai Kantor Walikota Jakarta Barat dan sesudahnya dijadikan Balai Seni Rupa Jakarta. Kemudian pada tahun 1990, bangunan dijadikan sebagai Museum Seni Rupa dan Keramik. Sampai tulisan ini dibuat, saya sendiri belum pernah masuk ke Museum Seni Rupa dan Keramik. Mungkin suatu saat nanti ketika akan wisata museum.
|
(atas) pertunjukan dimulai dengan
memukul cemeti
(bawah) rekan pawang yang
kesurupan dicambuk oleh pawang |
Sebenarnya terdapat museum lainnya di kompleks Kota Tua seperti Museum Bank Mandiri, Museum Kantor Pos (mulai 2014), dan masih banyak lagi. Suatu saat saya akan membuat postingan yang membahas mengenai museum satu per satu.
Okay,
di atas telah saya sebutkan bahwa Kota Tua tidak hanya menyajikan tempat-tempat bersejarah dan
tempo doeloe, terdapat pula wisata bduaya. Salah satu yang ditampilkan adalah
Jathilan atau terkenal dengan
Kuda Lumping. Kesenian yang berasal dari Jawa Timur ini sering juga disebut sebagai
Jaran Kepang. Atraksi dimulai dari seorang pawang yang mencambukkan cemeti ke tanah dan ke badannya. Kemudian pawang akan membaca semacam mantra atau ajian-ajian tertentu. Setelah itu pawang akan kembali memukulkan cemeti ke tanah dan ke salah satu rekan si pawang. Rekan pawang yang terkena cambuk kemudian akan dirasuki sesuatu yang bersifat spritual atau istilah populernya
kesurupan.
Jathilan,
Kuda Lumping, atau
Jaranan merupakan tarian yang bersifat magis. Rekan pawang yang telah memasuki fase kesurupan dalam pertunjukan ini biasanya akan memakan beling. Tidak heran ketika masa kecil saya terdapat lagu
Kuda Lumping Makan Beling karena pada pertunjukkan Tarian Kuda Lumping memang terjadi hal semacam itu. Selain beling, benda tak lazim yang dimakan antara lain seperti paku, besi kecil, dan benda tajam lainnya. Akan tetapi pada pertunjukkan di Kota Tua yang saya saksikan kemain tidak terdapat aksi memakan beling. Mungkin sang pawang telah melakukan hitungan matematis antara biaya beling yang dimakan oleh rekan pawang dengan uang pertunjukkan (istilahnya
saweran) ternyata lebih besar biaya beling dan material atau dengan kata lain sang pawang dan rekan merugi.
Menurut catatan dari
wikipedia, luas Kota Tua atau yang dulu bernama Batavia Lama (
Oud Batavia) ini adalah 1,3 Km persegi dengan melintasi Jakarta Utara dan Jakarta Barat. Salah satu sarana transportasi yang dapat digunakan untuk berkeliling Kota Tua ini adalah sepeda onthel. Sarana transportasi dan ramah lingkungan ini dapat menjadi pilihan untuk berkeliling Kota Tua. Biasanya saya menyewa sepeda ini untuk sekedar berfoto dan keliling Lapangan Fatahillah. Harga sewa pun bergantung pada musim dan waktu. Jika pada saat musim selain liburan, harga sewa sepeda onthel ini adalah Rp10.000,00--Rp15.000,00 per 30 menit. Jika pada saat musim liburan harga sewa sepeda onthel bisa naik sampai dua kali lipat yaitu pada harga Rp20.000,00 per 30 menit. Ketika anda menyewa anda diperbolehkan membawa sepeda sesuai dengan tujuan keinginan anda sepanjang tidak melebihi waktu 30 menit.
|
Djakarte Kedai Seni |
Selain wisata sejarah dan budaya, di Kota Tua terdapat juga wisata lainnya. Yak, sesuai dengan judul situs ini, di Kota Tua juga terdapat wisata kuliner. Terdapat dua bangunan restoran yang mengusung suasana klasik antara lain
Cafe Batavia dan
Djakarte Kedai Seni. Keduanya memiliki kesamaan sama-sama mengusung suasa klasik dan kembali ke zaman
tempo doeloe. Saya sendiri belum memiliki kesempatan untuk mengunjungi kedua restoran tersebut dan hanya sekedar lewat. Di luar dari kedua restoran tersebut, kuliner yang dijual di sekitar Lapangan Fatahillah pun bisa dibilang kuliner
tempo doeloe, antara lain es potong, es selendang mayang, kerak telor, dan masih banyak lagi. Cita rasa yang dijual sangat klasik dan kembali ke masa lalu.
|
Cafe Batavia |
Kota Tua merupakan warisan budaya dan sejarah. Bangsa yang besar adalah bangsa yang tidak melupakan sejarah. Sejarah merupakan pelajaran dari masa lalu agar tidak mengulangi kesalahan yang sama di masa mendatang. Oleh karena itu mari kita menjaga sejarah Bangsa Indonesia. Hal ini dapat dimulai dari hal terkecil seperti tidak merusak atau melakukan aksi vandalisme terhadap barang-barang atau gedung-gedung bersejarah.
Sounds cliche ya? Iya, tapi hanya dengan menjadi peduli dan menjaga maka benda-benda dan gedung-gedung bersejarah dapat dilestarikan dan menjadi warisan di masa mendatang.
Baiklah, terima kasih telah membaca tulisan saya. Salam sukses dan sehat selalu untuk anda semua.
Thanks for taking the time to talk about this, I feel fervently about this and I take pleasure in learning about this topic. Please, as you gain information, please update this blog with more information. I have found it very useful. There have to be charging stations everywhere.
ReplyDeleteI'd like to thank for the comment of yours which giving me encouragement to write and explore more. Thank you!
ReplyDeleteLengkap masbrow artikel kota tua jakartenya ye
ReplyDeleteTerima kasih kak :)
Deletejadi inget dengan mantan, dulu ketika jalan2 di kota jakarta,
ReplyDeletetapi sekarang dah jadi istri.
wuih mantap gan, memang di mari banyak yang pacaran dan foto-foto pra wedding juga sik, semoga langgeng selalu yak :D
Delete