Sunday 4 October 2015

Berenang Senang di Pulau Peucang

Selamat hari kemerdekaan Republik Indonesia ke-70. Ada dua hal yang menarik dari kemerdekaan kali ini. Pertama, Indonesia telah berumur tujuh dasawarsa, usia rata-rata harapan hidup warga Asia, termasuk Indonesia. Kedua, berhubung tujuh belasan tahun ini jatuh pada hari Senin mengakibatkan libur panjang. Waktu libur panjang ini dimanfaatkan untuk plesiran. Hasil pemantauan di jejaring sosial media, hampir 75% berisi unggahan foto liburan. Lokasi foto liburan yang diunggahpun bervariasi, sebagian berada di luar negeri, sebagian lagi di dalam negeri. Ada yang mencapai puncak gunung, sementara ada pula yang menuju dalamnya laut. Saya sendiri memilih pilihan kedua, yak menyelami laut dangkal atau yang populer dengan istilah snorkel.

Jelang Keberangkatan, Dermaga Sumur
Serupa dengan tulisan sebelumnya yaitu Jurnal Menuju Gunung Anak Krakatau, perjalanan kali pun menggunakan agen alias mengikuti open trip. Berangkat dari Slipi Jaya, Jakarta, yang merupakan meeting point, sekitar pkl 23.00, rombongan bus kami menuju Dermaga Sumur yang terletak di Kabupaten Pandeglang, Banten. Perjalanan menuju Dermaga Sumur menghabiskan waktu 3 sampai 4 jam. Sampai di Dermaga Sumur sekitar pkl 04.00 jelang Subuh. Sesampainya di Dermaga Sumur, kami dikumpulkan terlebih dahulu di sebuah mess untuk mengerjakan shalat  Subuh dan sarapan sejenak sebelum melanjutkan perjalanan berikutnya. Sekitar pkl 07.00 rombongan open trip berangkat dengan tujuan pertama adalah Pulau Panaitan.

Sebelum mencapai Pulau Panaitan, terdapat salah satu titik untuk melakukan snorkel. Berhubung ombak sedang tinggi, maka snorkel dilakukan secara singkat (tidak lebih dari 30 menit). Untuk titik snorkel pertama sejauh mata memandang dan menyelam hanya terdapat pasir berwarna putih dengan beberapa ubur-ubur yang menyengat. Tidak tampak biota laut lainnya dikarenakan ketiadaan terumbu karang yang merupakan habitat bagi biota laut. Selesai snorkel, perjalanan dilanjutkan ke Pulau Panaitan. Pulau Panaitan terletak di sebelah barat Laut Jawa dan masih termasuk dalam wilayah Kabupaten Pandeglang, Banten. Jarak tempuh dari Dermaga Sumur menuju Pulau Panaitan dengan menggunakan perahu bermesin menghabiskan waktu 3 sampai 4 jam.

Papan Penanda Pulau Panaitan
Pulau ini menjadi tempat bermukim rombongan perjalanan. Bermukim di Pulau Panaitan adalah alternatif pilihan terbaik untuk perjalanan yang ekonomis. Dengan hanya berbekal tenda maka pengunjung dapat tinggal dengan fasilitas seadanya. Di Pulau ini juga terdapat Kantor Seksi Pengelolaan Taman Wilayah I yang masih merupakan bagian dari Balai Taman Nasional Ujung Kulon. Untuk masalah MCK dapat menggunakan fasilitas yang terdapat pada kantor ini. Berhubung pada perjalanan kemarin diikuti 3 grup dengan masing-masing grup diisi oleh 30 orang dan hanya terdapat 2 toilet, maka untuk keperluan cuci dan kakus harus mengantri. Tiba di Pulau Panaitan adalah sekitar pkl 14.00 dan hal yang pertama dilakukan adalah membantu panitia membangun tenda. Setiap tenda yang disediakan panitia perjalanan ini mampu memuat 4-5 orang. Selesai membangun tenda, peserta dapat istirahat ataupun bersantai di pondok.


Matahari sudah hampir tenggelam, waktu sudah menunjukkan hampir pkl 16.00. Terdengar suara panggilan untuk berkumpul oleh Petugas Balai Taman Nasional (BTN). Agenda selanjutnya adalah perjalanan menyusuri hutan Pulau Panaitan atau dalam jadwal perjalanan disebut sebagai tracking. Dalam arahan disampaikan teknis dalam pelaksanaan tracking di antaranya agar selalu berjalan dalam kelompok, dan sesuai dengan jalur yang ditentukan, serta selalu mengikuti petunjuk jalan dari petugas BTN yang menjadi pemandu. Selain itu disampaikan pula arahan untuk tidak melakukan perbuatan yang dianggap tabu. Perjalanan yang ditempuh sendiri tidak terlalu jauh (hanya berkisar 3 Km) dan tidak mendaki gunung yang terdapat di Pulau Panaitan yaitu Gunung Raksa. Konon di Gunung Raksa terdapat arca Ganesha dan Siwa yang menjadi situs warisan dunia oleh UNESCO. Berhubung tracking dilakukan ketika jelang senja maka diputuskan untuk tidak menuju Gunung Raksa. Menurut Saefullah, petugas BTN yang menjadi pemandu, Pulau Panaitan beserta Ujung Kulon terkadang menjadi tujuan untuk kegiatan yang berbau mistis seperti mencari aji sampai kekayaan. Namun selain menjadi tujuan kegiatan mistis, banyak juga pengunjung yang menuju pulau ini untuk berselancar. Di akhir perjalanan tracking anda akan disambut dengan pantai yang terletak di sisi lain Pulau Panaitan sembari melihat matahari tenggelam di ufuk barat. Perjalanan kembali menuju tenda ternyata menggunakan rute yang sama dengan rute keberangkatan. Dengan menempuh waktu 30 menit perjalanan, kami sampai di perkemahan. Sepanjang perjalanan berhubung matahari sudah tenggelam sehingga sumber cahaya satu-satunya adalah dari senter yang telah disiapkan oleh masing-masing peserta.
Penduduk lokal menyebut
sebagai Buah Leho karena isi buah yang menyerupai ingus
Jika diperhatikan akar pada
pohon ini mirip besi berkarat
Senja Pulau Peucang


Acara malam hanya diisi dengan agenda makan malam, selebihnya peserta dibiarkan untuk mengisi waktu dengan agenda masing-masing.

Pulau Cidaon, Tampak sebuah kapal
sudah bersandar sembari memancing
Hari kedua (16 Agustus) dimulai dengan sarapan untuk selanjutnya berkemas. Pulau yang menjadi tujuan pada hari kedua adalah Pulau Peucang, Pulau Cidaon, dan Pulau Oar. Selain itu rencana snorkel pada hari kedua akan dilaksanakan pada tiga titik. Sebenarnya tujuan pertama adalah Pulau Cidaon untuk melihat kumpulan banteng dan fauna lainnya. Namun sebelum berkunjung Pulau Cidaon harus terlebih dahulu mengurusi izin kunjungan pada visitor center yang terletak di Pulau Peucang. Dalam pengurusan izin dan adminsitrasi lainnya tidak memerlukan waktu lama, sekitar 30 menit izin sudah didapat dan langsung menuju Pulau Cidaon. Menurut Ahmad yang merupakan nelayan setempat, antara Pulau Peucang sampai Pulau Cidaon merupakan salah satu titik memancing yang oke. Bahkan tidak jarang diadakan turnamen memancing yang bertajuk Piala Presiden diselenggarakan di antara kedua pulau ini. Berangkat dari Pulau Peucang menuju Pulau Cidaon tidak memerlukan waktu lama yaitu kurang lebih 40 menit. Pertama menginjakkan kaki di pulau ini, hal pertama yang perlu diperhatikan adalah agar jangan berisik dikarenakan akan mengganggu dan membuat takut satwa yang berada di pulau ini. Dari tempat berlabuh kapal Pulau Cidaon menuju padang rumput yang dipenuhi banteng tidak terlalu jauh, kurang lebih dengan 15 menit berjalan kaki sudah dapat mencapai padang rumput yang dipenuhi banteng ini. Terjadi percakapan epic antara saya dan seorang kawan ketika sampai di padang banteng ini.

Teman (T) : Did you see a bull?

Saya (S) : what bull?

T : a bull....shit

S: ......


Sampai di padang rumput kami tidak menemukan apa-apa kecuali petugas yang berjaga pulau tersebut dan beberapa turis. Turis yang dimaksud tampaknya datang dari negara Kaukasia dan hendak melihat-lihat banteng dan satwa lainnya. Menurut penuturan petuga, satwa lain selain banteng yang terdapat di pulau ini antara lain mulai dari burung merak, monyet, hingga rangkong. Heran karena tidak menemukan apa-apa, petugas yang berjaga pun menjelaskan kepada kami kalau ternyata sebelum rombongan kami tiba terdapat rombongan lainnya yang membuat kegaduhan sehingga membuat satwa yang berada di pulau tersebut takut dan sembunyi. Menurut petugas, satwa-satwa tersebut terbiasa keluar menuju padang rumput untuk mencari makan pada pagi hari dan sore hari. Gagal melihat satwa liar, rombongan perjalanan pun kembali ke Pulau Peucang untuk snorkel.

Segerombolan Ikan berenang
dekat Pulau Peucang
sumber: kamera rekan Syarif
Alokasi waktu snorkel kali ini cukup panjang yaitu dari pkl 09.30 hingga jelang dzuhur atau sekitar pkl 12.00. Sayangnya alokasi waktu yang panjang tersebut hanya saya habiskan di laut tanpa sempat berkeliling Pulau Peucang. Menurut penuturan seorang rekan yang sempat berkeliling Pulau, di Pulau Peucang terdapat banyak satwa mulai dari burung merak, rusa, kijang, hingga babi. Peucang sendiri sebenarnya memiliki arti kijang. Sehingga Pulau Peucang secara harfiah berarti pulau kijang. Ketika snorkel, saya berharap akan menemukan segerombolan ikan dengan mudah. Ternyata pada awal snorkel, saya sempat kesulitan untuk menemukan ikan dan biota laut lainnya, namun begitu sedikit bergeser ke perairan yang lebih dalam, terdapat segerombolan ikan yang ditemukan. Beberapa jenis ikan yang saya temukan antara lain, ikan teri, ikan tongkol, hingga ikan kupu-kupu berwana kuning-putih atau kuning-hitam. Sekedar menginformasikan, ketika berenang di Pulau Peucang, terdapat semacam jurang pada perairannya sehingga dari pantai apabila berenang sekitar 10-15 meter dari garis pantai masih tergolong dangkal (kedalaman masih 1.5 meter) akan tetapi di luar batas itu sudah cukup dalam (estimasi kedalaman sekitar 4-5 meter).

Selesai dari Pulau Peucang, agenda selanjutnya adalah makan siang untuk selanjutnya menuju Citerjun. Sebelum mencapai Citerjun, diputuskan untuk berenang sekaligus snorkel sejenak di salah satu titik tidak jauh dari Pulau Peucang. Titik ketiga yang menjadi tujuan kali ini, menurut saya, adalah titik terbaik untuk snorkel selama mengikuti perjalanan ini. Pada titik ini dipenuhi dengan terumbu karang yang menjadi habitat bagi biota laut, Namun sayang, alokasi waktu untuk snorkel di titik ini hanya sekitar 15 menit. Entah apa yang menjaid alasan sedikitnya alokasi waktu untuk tempat ini, tampaknya telah terjadi salah pengertian antar panitia penyelenggara.  Perjalanan pun langsung dilanjutkan dengan menuju ke Citerjun dan sekali lagi tampaknya panitia berubah pikiran. Dengan pertimbangan waktu sudah menjelang sore hari, maka kali ini agenda perjalanan langsung dipindahkan menuju Pulau Oar yang letaknya berdekatan dengan Dermaga Sumur dan Pulau Umang.

Snorkel di Pulau Oar dilaksanakan ketika sore hari dan tampaknya bukan ide yang bagus. Laut yang mulai pasang mengakibatkan ombak menjadi tinggi. Selain itu jika menggunakan pelampung dalam melaksanakan snorkel anda tidak akan melihat apa-apa, hanya pasir dan air keruh, memerlukan sedikit usaha untuk menyelam lebih ke dalam lautan. Kedalaman laut ini adalah sekitar 5-6 meter menurut penuturan nelayan setempat. Ketika menyelam sedikit lebih dalam, maka anda akan menemukan beberapa karang dan habitat ikan. Berhubung ombak semakin meninggi dan saya sendiri sudah mulai lelah, saya pun hanya menyempatkan sedikit waktu untuk berenang di titik snorkel dekat Pulau Oar ini.

Beberapa Hal yang Perlu Diperhatikan

  1. Buanglah sampah pada tempatnya. Memang nasihat ini sangatlah klasik dan sudah diajarkan sedari zaman masih kecil. Dapat diambil contoh Pulau Panaitan, saya enggan untuk berenang di Pulau Panaitan dikarenakan sepanjang garis pantai banyak ditemukan sampah. Sangat disayangkan padahal pulau ini memiliki air laut yang berwarna biru muda (laut dangkal) dengan warna pasir putih bersih. Siapa yang berkewajiban menjaga kebersihan? Ya kalau hanya mengandalkan petugas jelas sulit, menjaga kebersihan adalah tangung jawab bersama baik pengunjung maupun petugas.
  2. Selalu hormati adat-istiadat atau kepercayaan setempat dan selalu patuh atas saran dan masukkan dari penjaga setempat. Selain itu perlu juga diperhatikan pantangan dan larangan dari tempat tujuan anda. Yah biar sama-sama menikmati perjalanan tanpa menemukan hambatan dan gangguan. Selain itu ketika di Pulau Panaitan dan sedang melakukan tracking, jangan merokok. Tanah hutan tempat anda berpijak dipenuhi dengan daun yang gugur, sebuah puntung rokok yang menyala (ataupun bahkan hanya percikan bara rokok saja) sudah dapat membakar hutan tersebut.
  3. Belajar bertoleransi ketika melakukan perjalanan. Tidak perlu penjelasan lebih lanjut dikarenakan di setiap aspek kehidupan pun pasti butuh toleransi yes.
  4. Patuhi peraturan yang ada dan hormati kearifan lokal.
  5. Terkadang perjalanan yang asyik itu bukan karena tujuannya melainkan siapa rekan yang menemani selama perjalanan.
Sebenarnya agak kecewa dengan trip kali ini. Banyak rencana perjalanan yang gagal terpenuhi. Saya masih bisa maklum apabila batal karena force majeure seperti misalnya hujan atau badai tapi cuaca cerah dan bagus, beberapa rencana perjalanan justru gagal terlaksana.  Sayang seribu sayang, semoga ke depannya dapat lebih baik lagi.
Tulisan ini sudah lama selesai tapi baru sempat di-posting sekarang. Hendak menambah konten tapi keburu lupa apa yang hendak ditambahkan. Kalau begitu sekian tulisan hari ini, jikalau teringat mengenai konten yang akan ditambahkan maka tulisan ini akan saya perbaharui. Terima kasih telah menyempatkan waktu membaca.

No comments:

Post a Comment